Sepuluh bulan – tiga ratus sembilan hari, enam huruf memutuskan bersemayam di relung hati, tak tampak tanda segera bertolak menuju ketiadaan. Enam huruf yang sepuluh bulan lalu asing, kini menjadi sebuah kata yang terus mengiang di dalam benak. Enam huruf yang menghadirkan sebuah sosok yang lalu pergi, kemudian meninggalkan risau hati. Membuat rongga di dada diterjang gelombang rasa berulang-ulang. Tak kupahami apa yang sedang terjadi. Terasa diri menjadi penonton di dalam raga di mana otak dan hati bertengkar tak mau mengalah, menyisihkan diri menatap bingung tak berdaya.
Sampai akhirnya datang seorang sahabat yang bersama menyelami , membantu mencari jawab. Dan dia pun menemukan jawabannya: KAMU JATUH CINTA. Diri ini berusaha setengah mati membantah kesimpulan sederhana itu. Bagaimana mungkin aku, yang sudah milik orang, jatuh cinta pada kamu yang juga milik orang? Bagaimana mungkin, kita saling jatuh cinta hanya melalui kata yang tertoreh di lembar-lembar virtual tanpa bertemu sapa di dunia nyata? Bagaimana mungkin?
Lalu aku datang kepada sebuah kesadaran. Semua mungkin. Cinta hanya sebuah rasa yang tercipta ketika dua insan tak mampu menolak ketertarikan yang bagai magnet. Ya, memang tidak ada salahnya. Lalu apa yang harus aku lakukan tentang itu? Ketika kamu yang aku cintai bahkan tidak kuketahui lagi di mana rimbanya. TIDAK ADA. Ya, tidak ada yang bisa aku lakukan selain menerima kehadiran cinta ini sebagai sebuah fakta yang tidak terbantahkan. Tidak ada tombol undo untuk menghapus jejak kehadiranmu. Kamu mungkin sudah terlebih dahulu menyadari hal itu, maka kamu menghilang menyisakan bingung untukku. Mungkin kamu pikir lebih baik meninggalkan sebuah tanda tanya untukku ketimbang rasa sakit yang sangat mungkin tercipta jika kita meneruskan rasa yang ada.
Pada akhirnya, aku hanya harus menerima bahwa kita pernah bersilang jalan, menoreh cerita, lalu berangkat ke arah berbeda. Bahwa kau ada, tapi tak dapat lagi kuraih. Bahwa kau ada, tapi tak dapat lagi kugenggam. Kau ada, tapi kita tak dapat lagi bercengkerama. Dan suatu hari nanti, namamu, enam huruf itu, akan hadir di benak tanpa mendatangkan lagi lara dan tanya. Tulisan yang kau toreh untukku hanya akan menjadi sederetan huruf yang membawaku pada ingatan indah. Yang akan tersisa hanya kenangan yang menggurat senyum.
~ Nat ~